10 Burung Terindah di Dunia

Inilah 10 burung terindah di Dunia, salah satunya ada burung merak lohh.

Cerpen Pelajaran dari Penjual Koran

Ini adalah salah satu cerpen buatan saya, di cerpen ini terdapat pesan moralnya juga.

Cerpen Jangan Menyerah

Ini adalah salah satu Cerpen buatan saya, awalnya ini adalah naskah untuk film untuk tugas saya, tapi diganti. Cerpen ini sudah saya edit jadi lebih singkat.

Tips Mempercantik Diri

Tips ini hanya tips sederhana dan mengandung unsur keagamaan..

200 Jenis Kupu Kupu Terindah ada di Indonesia

Sudah sangat terkenal Indonesia adalah negara yang indah. disini juga terdapat berbagai macam hewan dan tumbuhan salah satu nya Kupu kupu..

Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

11 Februari, 2014

Cerpen Antara Sahabat dan Pena



Antara Sahabat ԁаn Pena
Pagi itu Clara,teringat kеmbаƖі ԁеnɡаn sebuah nama.Tiara. Manis nama іtυ, semanis orangnya.Dialah teman karib Clara уаnɡ ѕеƖаƖυ diingatannya. Sυԁаh lama mеrеkа saling kenal. Pahit-manis persahabatan mеrеkа lalui bеrѕаmа. Tetapi ѕеmυа іtυ hаnуа tinggal kenangan.Clara kehilangan sahabat karibnya.
            Peristiwa іtυ tеrјаԁі dua tahun уаnɡ lalu.Waktu іtυ mеrеkа ѕеԁаnɡ berada ԁі kantin sekolah. Clara ѕеԁаnɡ memarahi Tiara kerana mengambil pena kesukaannya tanpa seizin ԁаn menghilangkannya.
            Jіkа Clara menanyakan pena tеrѕеbυt, Tiara hаnуа menjawab bahwa ԁіа аkаn ѕеɡеrа menggantinya. Namun Ia menolak. Karena pena іtυ аԁаƖаh hadiah pertama Clara ԁаrі Tiara disaat mеrеkа baru menjadi sepasang sahabat karib.
            “Aku tіԁаk mаυ kаmυ menggantinya.Pena іtυ berharga bagiku.” Clara memarahi Tiara.”Selama pena іtυ tіԁаk ketemu,selama іtυ aku tіԁаk mаυ bertemu denganmu.”Marah Clara. Meja kelas dihentak,ѕеhіnɡɡа Tiara terkejut. Clara уаnɡ mukanya kemerahan,makin merah saat ԁіа marah. Tiara ԁеnɡаn sedih ԁаn terkejut hаnуа diam lalu pergi ԁаrі situ. Clara tаυ,Tiara sedih mendengar kata-kata іtυ. Clara tіԁаk berniat melukai perasaan Tiara,tetapi ԁіа terlalu marah ԁаn tanpa ԁіа sedari,mutiara jernih membasahi pipi Tiara.
            “Sυԁаh beberapa hari Tiara tіԁаk masuk sekolah.Aраkаh ԁіа sakit? Aра уаnɡ tеrјаԁі уа?” pikir Clara ԁаƖаm hati. Benak fikirannya diganggu οƖеh seribu satu pertanyaan.”Ahh..! Aku hаrυѕ kerumah Tiara” Clara berbisik ԁі ԁаƖаm hati. Tetapi niatnya berhenti ԁі situ. Dіа mеrаѕа segan. Dіа takut Tiara tіԁаk menerimanya sebagai sahabat lagi. Tiba-tiba telepon rumah Clara berdering.”Look,riiiiiiiing,riiiiiiiiing,riiiiiiiing ” Ibu Clara уаnɡ menjawab panggilan іtυ.”Ra,,Clara??Cераt ganti baju!,kita pergi kе rumah Tiara аԁа sesuatu уаnɡ tеrјаԁі.Kakak Tiara telpon,suruh kita pergi rumahnya sekarang juga” Suara ibu Clara tergesa-gesa menyuruh anak daranya сераt bersiap. Tiba-tiba jantung Clara bergerak laju. Tаk реrnаh ԁіа mеrаѕа begitu. Dіа merasakan sesuatu уаnɡ tіԁаk mengenakkan. “Yа Tuhan,tenangkanlah hatiku. Apapun уаnɡ tеrјаԁі, aku tаhυ іnі ѕеmυа ujianmu. Ku mohon jauhilah ѕеɡаƖа perkara уаnɡ tіԁаk bаіk,selamatkanlah sahabatku.” Doa Clara sepanjang jalan menuju rumah Tiara.
            Kеtіkа mеrеkа tiba,rumah Tiara penuh ԁеnɡаn sanak keluarga. Clara langsung menuju Ibu Tiara.Bersalaman ԁеnɡаn ibunya ԁаn bertanya ара sebenarnya уаnɡ tеrјаԁі. Ibu Tiara ԁеnɡаn nada sedih memberitahu Clara bahwa Tiara ditabrak mobil sewaktu menyeberang jalan dekat ԁеnɡаn sekolahnya.
”Dіа memang tіԁаk enak badan,tapi ԁіа ngotot pergi kе sekolah,katanya mаυ bertemu denganmu.Tapi niatnya tіԁаk kesampaian,ѕаmраі ԁіа menghembuskan nafas terakhirnya,kak Heni menemukan surat digenggaman tangan Tiara.” terisak-isak suara ibu Tiara menceritakan kераԁа Clara sambil memberikan surat уаnɡ ingin sekali diberikan Tiara kераԁа sahabat karibnya,Clara. Dі ԁаƖаm amplop merah muda іtυ,terdapat pena Clara уаnɡ hilang ԁаn beberapa tulisan tangan Tiara.


Sweetie Clara,

Aku mіntа maaf udah bυаt kаmυ marah karna pena kesukaanmu уаnɡ hilang.Sehabis kаmυ memarahiku,aku langsung pulang ԁаn mencari penamu ujan-ujanan.Aku udah cari disudut-sudut rumah,tapi ngak ketemu,aku coba ingat lagi ԁаn aku ingat penamu tertinggal ԁі Lab Ipa.Kаrеnа demam,aku nyuruh Siti cari penamu ԁі Lab ԁаn memberikannya kepadaku biar aku memberikannya kе kаmυ,sekalian mіntа maaf.Terima kasih karena telah menghargai pemberianku ԁаn persahabatan уаnɡ terjalin selama setahun іnі.Terimakasih telah mengajariku tеntаnɡ arti penting persahabatan.

Tenderness,Tiara.

            Kelopak mata Clara dipenuhi mutiara jernih уаnɡ akhirnya jatuh berlinangan ԁеnɡаn derasnya. Kalau аԁа satu kesempatan,Dіа ingin memeluk tubuh Tiara ԁаn mеmіntа maaf padanya atas ѕеmυа keegoisannya уаnɡ Ɩеbіh mementingkan pena ԁаrі pada sahabatnya іtυ,namun ара daya ѕеmυа telah tеrјаԁі tіԁаk ԁараt terulang lagi. Mayat Tiara mаѕіh ԁі rumah sakit.Tiba-tiba dentuman guruh mengejutkan Clara ԁаrі lamunannya. Barulah ԁіа sadar bahwa Dіа hаnуа mengenang kisah tragis.Persahabatan Ɩеbіh berharga ԁаrі pena. Clara benar-benar menyesal ԁеnɡаn perbuatannya. Dіа berjanji tіԁаk аkаn mengulang kеmbаƖі peristiwa tеrѕеbυt.
Semenjak saat іtυ,Clara sering datang kе kuburan Tiara υntυk membacakan doa ԁаn menabur bunga.Tаk јаrаnɡ ia pun sering mengajak ngobrol ԁаn mencurahkan isi hatinya dipusara sahabatnya іtυ. Didalam doanya ia ѕеƖаƖυ bertanya,”Tuhan,Aраkаh Dіа memaafkan aku,atas ѕеmυа kesalahan ԁаn keegoisan уаnɡ aku perbuat untuknya?”
Sаmраі sekarang,Clara mаѕіh ingat аkаn peristiwa уаnɡ tіԁаk terlupakannya іtυ.Ia sering menangis seorang diri,mengingat kеmbаƖі mаѕа-mаѕа indahnya bеrѕаmа Tiara.




Analisis Unsur Intrinsiknya
1.      Tema                                   : Persahabatan
2.      Alur                                      : Campuran
3.      Tokoh                                  : Tiara dan Clara
4.      Penokohan                        
a.      Tiara                     : Penyabar, rela berkorban, penyayang
b.      Clara                     : egois, penyayang
5.      Latar                                   
a.      Waktu                  : 2 tahun lalu,  2 tahun kemudian, Pagi hari
b.      Tempat                : kelas, rumah Tiara, Makam Tiara.
c.      Suasana               : Mengharukan
6.      Sudut Pandang                  : Orang ketiga pelaku utama
7.      Amanat                               : menahan emosi lebih baik daripada memperburuk keadaan.

28 Juni, 2013

Pelajaran dari Penjual Koran


“Buuuu Koran Buuu” ucap lirih Putri sambil menyodorkan koran ke setiap pengguna jalan raya yang padat.
“Pak Koran Pak?? Masih baru koo pak “ ucapnya lagi tanpa henti.
Lampu sudah berubah menjadi hijau lagi, sampai jam segini pun Anak kecil berusia 6 tahun ini belum berhasil menjual Korannya.
“Panas,” ucapnya sambil melihat ke atas, dia merasakan betapa teriknya matahari siang itu.
“Aduuuuh aku lapar, tapi gimana aku masih ngga punya uang. Kalo minta ke ibu, kasian ibu.” Ucapnya lagi sambil memegang perutnya.
Lampu pun berubah menjadi merah lagi, bergegas Putri menawarkan koran korannya itu.
“Alhamdulillah korannya kejual 1, gapapa lah yang penting kejual.” Gumamnya dalam hati.
Tak jauh dari tempat dia berdiri, ia melihat sebuah mobil mewah parkir dan membuang sebuah bungkusan. Dengan cepat dia berlari kearah mobil itu.
Ia memungut bungkusan itu lalu menghampiri mobil mewah itu.
“mmm pak maaf, ini sudah bapak buang??” tanyanya pada seorang bapak dibalik kemudi.
“iya de, kenapa??” Tanyanya heran.
“Boleh saya memakannya pak?? Saya lapar sekali pak, dari pagi saya belum makan “ ucapnya kegirangan .
“Tapi itu kan kotor” ujar bapak itu.
“gapapa ko pak, ini udah lebih dari cukup.” Ucapnya sambil tersenyum manis
”terus kenapa kamu harus bertanya dulu pada saya?” tanya bapak itu.
“Inikan punya bapak, jadi saya harus bilang dulu sama bapak, kata ibu kalo kita menemukan sesuatu yang bukan milik kita, kita ngga boleh mengambilnya.” Ucapnya mantap smabil menyantap roti dibungkusan tadi.
“Hemmm kamu anak yang baik. Eh ini bapak kasih kamu uang buat beli makan, katanya kamu belum makan kan?” ucap bapak itu sambil menyodorkan sejumlah uang.
“ngga pak makasih, ini bukan hak saya.” Ucap nya sambil tersenyum.
“Eh ini beneran lo de, lumayan buat kamu makan nanti.” Ucap bapak itu lagi.
“Lebih baik uang itu bapak berikan pada yang lebih membutuhkan, pak. Kalo saya kan masih bisa jual koran koran ini, jadi saya masih bisa dapet uang. “ jawabnya.
“memang sudah laku berapa de?” tanya bapak itu
“Baru satu pak .” jawabnya lagi
“Bapak beli satu ya” kata bapak itu sambil memberi uang nya.
“pak saya tidak punya kembaliannya ini terlalu banyak. Bapak punya uang kecil?”
“gapapa de kembaliannya buat kamu aja.”
“ini bukan hak saya pak, bentar ya pak saya tuker dulu uangnya, bapak tunggu jangan pergi dulu” ucapnya lagi sambil berlari ke kios dekat situ.
“ini pak kembaliannya, makasih pak rotinya.” Ucap Putri sambil memberikan uang kembaliannya lalu pergi meninggalkan bapak itu.
“eh deeee, kenapa dikembalikan uangnya??” teriak bapak itu pada Putri,
“itu uang ganti Roti bapak.” Balasan Putri, sambil terus berlari menuju Lampu merah yang nyala.

AYAH ENGKAU BENAR BENAR LUAR BIASA



Orang tua kandungku tinggal ayahku seorang. Ibu kandungku meninggal saat aku masih berumur 2 tahun. Sejak itu ayah berusaha keras menjadi dua orang sekaligus untuk aku dan kakakku.
Ia tahu aku dan kakakku belum bisa hidup mandiri. Sekarang aku sudah lulus SMA, kakakku pun sudah Sarjana. Selama ini Ia melakoni banyak pekerjaan untuk membuat keadaan kami tidak jauh berbeda dari sebelum kami kehilangan ibu.


Aku berpikiran untuk bekerja setelah lulus SMA untuk membantu ayah, aku sebenernya ingin kuliah seperti kakak, tapi aku hanya perempuan untuk apa sekolah tinggi tinggi toh nanti aku akan diam didapur. Ini terjadi di hari pertamaku bekerja. Awalnya aku masih berpikir bahwa bekerja adalah tahapan hidup yang harus dilalui, sesederhana itu. Aku akan bekerja, mendapatkan gaji dan memberikan sebagian gajiku untuk orang tua yang selama ini membiayaiku.

Ternyata aku hanya menggunakan otak dan sibuk dengan kecemasan akan hari pertamaku sendiri. Aku ingat suatu saat aku dan sahabatku ngobrol.

"Gimana reaksi ayahmu setelah tau kamu kerja...???" (tanyanya.)

"Hmm, biasa aja sih. Cuma kasih selamat...!!!" (jawabku.)

"Oh itu sih sebenernya di balik pintu ayahmu terharu...!!!" (sahutnya.)

"Hahaha... iya mungkin. Tapi ayahku nggak pernah yang heboh heboh gitu kok...!!!" (balasku.)

Ternyata bekerja itu bukan hanya sebuah tahapan hidup di mana kita hanya melakukan sesuatu kemudian mendapatkan uang. Setengah hariku hampir habis di kantor untuk mempelajari ini dan itu. Dalam setengah hari itu pun aku berubah menjadi sosok yang lain dari kemarin.

Aku melepas segenap zona nyamanku, berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru, mengerjakan ini dan itu. Gila, aku capek sekali. Kemarin aku masih bisa tidur siang dan mengobrol bersama teman teman. Masih bisa menghabiskan waktu untuk bermain main ataupun sekolah.

Aku pun teringat ayahku yang sudah tua. Ini baru sehari dan aku sudah merasakan sebegitu luar biasanya bekerja. Sedangkan ayahku...??? Ia sudah menempuh puluhan tahun untuk bekerja. Ia menghadapi semua untuk menghidupi kami semua. Saat melakukan sholat Ashar, aku hampir menitikkan air mata memikirkan ini. Apa saja yang sudah kulakukan untuk ayahku...??? Apa saja yang sudah ayahku lakukan ketika aku dengan malasnya enak enakanan tidur siang dan nongkrong membuang banyak uang...???

Aku pulang malam hari itu. Sahabatku mengantarkanku pulang. Di tengah perjalanan kami kembali ngobrol.

"Gimana hari pertama...???" (tanya sahabatku.)

"Hahahaha... Babak belur aku dihajar tugas dan waktu...!!!" (jawabku)

"Oh nggak apa apa, nanti juga kamu terbiasa. Ayahmu pasti terharu waktu kamu ngasih gaji pertama...!!!" (suport sahabat aku dengan nada optimis.)

Sejenak aku setuju akan pemikirannya. Namun tak lama kemudian aku membatin, "Nggak. Gaji pertamaku nggak ada apa apanya kok. Itu nggak akan cukup membayar apa yang sudah dilakukan ayahku. Bahkan, aku bekerja ini masih satu per sejuta langkah hidup ayahku...!!!"

*****
Ayah... Walaupun mungkin ia tidak terharu di balik pintu, namun di balik matanya sudah menggerombol keharuan yang nyaris tak terbendung.

Walaupun aku sudah besar, ia akan tetap khawatir ketika putrinya akan berangkat kerja di hari pertama.

Walaupun aku akan menyodorkan gaji pertamaku, itu tidak akan sebanding dengan apa yang telah ia berikan, bahkan aku masih diberi kesempatan Allah SWT untuk menerima lebih banyak lagi.

Ayah, aku baru benar benar menyadari bahwa kau benar benar luar biasa..


Ternyata aku hanya menggunakan otak dan sibuk dengan kecemasan akan hari pertamaku sendiri. Aku ingat suatu saat aku dan sahabatku ngobrol.
"Gimana reaksi ayahmu setelah tau kamu kerja...???" (tanyanya.)
"Hmm, biasa aja sih. Cuma kasih selamat...!!!" (jawabku.)
"Oh itu sih sebenernya di balik pintu ayahmu terharu...!!!" (sahutnya.)
"Hahaha... iya mungkin. Tapi ayahku nggak pernah yang heboh heboh gitu kok...!!!" (balasku.)
Ternyata bekerja itu bukan hanya sebuah tahapan hidup di mana kita hanya melakukan sesuatu kemudian mendapatkan uang. Setengah hariku hampir habis di kantor untuk mempelajari ini dan itu. Dalam setengah hari itu pun aku berubah menjadi sosok yang lain dari kemarin.


Aku melepas segenap zona nyamanku, berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru, mengerjakan ini dan itu. Gila, aku capek sekali. Kemarin aku masih bisa tidur siang dan mengobrol bersama teman teman. Masih bisa menghabiskan waktu untuk bermain main ataupun sekolah.


Aku pun teringat ayahku yang sudah tua. Ini baru sehari dan aku sudah merasakan sebegitu luar biasanya bekerja. Sedangkan ayahku...??? Ia sudah menempuh puluhan tahun untuk bekerja. Ia menghadapi semua untuk menghidupi kami semua. Saat melakukan sholat Ashar, aku hampir menitikkan air mata memikirkan ini. Apa saja yang sudah kulakukan untuk ayahku...??? Apa saja yang sudah ayahku lakukan ketika aku dengan malasnya enak enakanan tidur siang dan nongkrong membuang banyak uang...???
Aku pulang malam hari itu. Sahabatku mengantarkanku pulang. Di tengah perjalanan kami kembali ngobrol.


"Gimana hari pertama...???" (tanya sahabatku.)
"Hahahaha... Babak belur aku dihajar tugas dan waktu...!!!" (jawabku)
"Oh nggak apa apa, nanti juga kamu terbiasa. Ayahmu pasti terharu waktu kamu ngasih gaji pertama...!!!" (suport sahabat aku dengan nada optimis.)


Sejenak aku setuju akan pemikirannya. Namun tak lama kemudian aku membatin, "Nggak. Gaji pertamaku nggak ada apa apanya kok. Itu nggak akan cukup membayar apa yang sudah dilakukan ayahku. Bahkan, aku bekerja ini masih satu per sejuta langkah hidup ayahku...!!!"
*****Ayah... Walaupun mungkin ia tidak terharu di balik pintu, namun di balik matanya sudah menggerombol keharuan yang nyaris tak terbendung.
Walaupun aku sudah besar, ia akan tetap khawatir ketika putrinya akan berangkat kerja di hari pertama.
Walaupun aku akan menyodorkan gaji pertamaku, itu tidak akan sebanding dengan apa yang telah ia berikan, bahkan aku masih diberi kesempatan Allah SWT untuk menerima lebih banyak lagi.
Ayah, aku baru benar benar menyadari bahwa kau benar benar luar biasa..


08 Mei, 2013

Jangan Menyerah



Jangan Menyerah

Disuatu desa terpencil, hidup anak anak miskin. Mereka semua tampak akrab sekali, walaupun demikian mereka memiliki pengalaman pahit. Saat terjadi Banjir besar banyak keluarga mereka yang menjadi korban. Mereka yang selamat memendam trauma yang sangat mendalam. Seperti yang dialami oleh Dira dan Nuri, kedua kakak beradik ini kehilangan orang tua mereka saat bencana itu terjadi.  Dira, adik Nuri dia anak yang polos yang harus rela kehilangan kedua orang tuanya dan kaki kanannya menjadi lumpuh ditambah traumanya akan kehilang orang tuanya susah hilang dar benaknya. Nuri, kakak Dira, anak yang tegar dan baik hati. Nuri dan Dira kini putus sekolah. Hari-harinya hanya dengan menanam sayur sayuran untuk mereka jual ke pasar, tapi kondisi Dira yang demikian, Dira kerja hanya melamun dan diam. Sesekali Nuri mengajak Dira bermain dengan teman-temannya yang lain, yang selamat saat Bencana itu. Tapi tetap saja Dira tidak dapat lagi ceria seperti dulu. Namun semua berubah saat anak gadis pak Kades dari Jakarta datang, ia bernama Sopi. Sifatnya yang penyayang meluluhkan hati Dira dan kawan-kawan agar tidak terlalu lama terlarut dalam trauma.
Nuri : Ra, Ayo ikut main.(mendekati Dira)
Dira: Ngga kak,(ucapnya lemah)
Nuri: Ayo Ra, disini banyak yang seperti dira ko, (sambil menunjuk kearah teman-temannya)
Dira: Ngga ka, Dira ingin Ibu. (katanya memelas)
Nuri: (memeluk Dira) Dira tau, ibu dan ayah sudah tenang disana, jauuuuuuh disana melihat kita.
Dira: kenapa ibu sama ayah ngga pulang pulang ka ?
Nuri: ibu sama ayah udah betah disana.
Reka: Ra, Ayo main.
Jaya: iya Ra ayo main.
Rian: iya ga rame kalo main sedikitan mah.
Dira: ya udah iya dira ikut main.
Reka: nah gitu dong.
Tapi saat mereka bermain , Dira terjatuh.
Nuri: Ra, gapapa ?? (menghampiri Dira)
Dira: ga bisa, dira ga bisaaaa (lari dan menangis)
Nuri: Dira.. (menangis)
Nuri mencari Dira, dan menemukan Dira menangis di saung.
Nuri: Dira??(mengahampiri Dira)
Nuri: Dira kenapa menangis?
Dira: Dira, Dira, Dira, sedih ka. Untuk main aja Dira ga bisa, padahal dulu bisa. Dira Cuma bisa nyusahin kakak, Dira benci hidup kak.. Dira pingin Mati aja.. ngga ada gunanya Dira hidup, dira ingin ketemu ibu kak, Dira ingin ketemu ayah. Dira kangen, (menangis tersedu sedu)
Nuri : dira..(menangis sambil memeluk adiknya) kakak ngerti gimana perasaan Dira, kakak juga kangen sama ibu sama ayah. Tapi gimana lagi Ra, ibu sama ayah udah pergi, udah ninggalin kita. Kalo Dira pergi juga, kakak sama siapa ? kakak juga takut sendirin Ra, sekarang cuma Dira yang kakak punya, gimanapun keadaan Dira kakak tetep sayang sama Dira.. (menangis sambil menatap adiknya)
Dira: kakak jangan nangis, Dira jadi makin sedih liat kakak nangis.
Nuri: iya Ra, kakak ngga akan nangis.(mengusap air matanya) sekaran kita makan yu, nih kakak bawa singkong rebus. Maaf Cuma ada ini, kakak ngga punya uang buat beli makanan.(sambil berkaca-kaca menahas tangis)
Dira: gapapa ko kak, Dira suka ko singkong. (tersenyum sambil menangis)
Esoknya ada seorang wanita cantik, yang tak lain adalah Sopi  anak pak kades dari Jakarta. Gadis berumur 18 tahun ini,  prihatin melihat anak anak yang harus berkerja keras sendiri untuk menghidupi hidupnya. Ia tergerak hatinya untuk membantu anak anak itu dengan membekali mereka ilmu agar tidak terlalu terbelakang. Ia mendirikan sekolah kecil kecilan di saung tengah sawah. Awalnya hanya sedikit anak yang belajar disana, tapi lama kelamaan, semua anak yang tinggal didesa itu belajar disana. Tapi hanya Dira dan Nuri yang tidak ikut belajar disana. Suatu hari kak Sopi menemui Dira dikebun dia tampak diam sendiri melihat kakaknya yang bekerja.
kak Sopi: hai De, Siapa Namanya?(Duduk disamping Dira)
Dira: (melihat sebentar langsung menunduk lagi)
kak Sopi: heemmm ade malu ya sama kakak?
Lagi-lagi Dira diam. Bu Sopi menghampiri Nuri.
kak Sopi: Boleh kakak bantu?
Nuri: eh jangan kak, nanti tangannya kotor.
Kak Sopi: gapapa ko de, (tersenyum) nama ade siapa?
Nuri: nama saya Nuri kak(membalas senyumnya)
Kak Sopi: terus yang duduk disana siapa?(melirik Dira)
Nuri: oh itu adik saya, namanya Dira.(sambil mencabuti rumput)
Kak Sopi: oh namanya Dira, kenapa dia hanya diam ?
Nuri: awalnya dia anak yang ceria kak, tapi semua berubah saat kematian ayah dan ibu , mereka korban banjir yang meninggal dunia. Sejak saat itu Dira yang ceria berubah menjadi Dira yang pendiam. Kakinyapun jadi lum[uh, itu yang membuatnya tak bersemangat hidup.
Kak Sopi: kasian anak itu, pasti berat sekali bebannya. Oh iya besok kalian ikut belajar saja di sekolah kecil kakak, di saung tengah sawah sana.
Nuri: heemmm iya nanti sesudah menjual sayuran ini ya kak.
Kak Sopi: oke kakak tunggu.(lalu pergi)
Esoknya sesudah menjual sayur, Nuri mengajak Dira ke sekolah kecil kak Sopi, akhirnya setiap hari Dira dan Nuri belajar disana dibimbing oleh kak Sopi yang baik hati. Dira mulai merasa senang dengan yang ia kerjakan, sekarang ia mulai bersemangat lagi, Nuri dan Dira anak yang pintar, kini saat Dira sedih ia sering mencurahkannya menjadi sebuah puisi.
 Salam Rinduku
Dalam gelap ku termenung
Awanpun mulai menggulung
Angin mulai turun dari gunung
Hati gundah dalam relung
Oh Ayah  Oh Ibu
Disini ku sangat merindu
Rasa hati ingin bertemu
Walau hanya sedikit waktu
Kenapa Ayah pergi?
Kenapa ibu pergi?
Kenapa Tuhan tak adil?
Kenapa bencana itu ada ?
 Kini Tiap Detik ku menangis
Tiap nafas ku rindu
Tiap waktu batin ku teriris
Dan tiap do’aku kukirim Salam Rinduku
Nuri membaca puisi adiknya itu, lalu ia menangis.

14 Maret, 2013

Salah Sangka

              
  Hari yang cerah. Aku berjalan menyusuri jalanan di komplekku. Kulihat lalu lalang orang orang berjalan kesana kemari.
                “Orang orang sibuk banget ya ?? Padahal kan ini hari Minggu. “ gumamku dalam hati.
                Aku pun pergi ke Taman Komplek. Kulihat banyak orang yang berpacaran.
                “disini malah banyak yang pacaran.” Ucapku kesal.
                “Si Ruli mana sih? Jam segini belum ngesms.” Ucapku sambil melihat HP-ku .
                “Apa dia masih marah ya gara gara kemarin ???? Ah bodo ah !!” Ucapku lagi.
                Aku pun melanjutkan perjalananku kelain tempat, karena aku sudah bosan melihat orang orang pacaran yang Cuma membuatku iri. Saat aku mau nyebrang, ternyata ada motor yang menyerempetku hingga aku terjatuh.
“AAAAAA...!!” Teriakku
“Aduuuuuuuh... sakit niiiiihh.” Ucapku sambil menahan tangis kesakitan.
                Tiba tiba orang yang menyerempetku menghampiriku.
“Kamu gapapa ??“ Tanyanya sambil membuka helmnya. Aku kaget melihat mukanya yang ganteng
                “Ehh... Mmmm.. gapapa, Cuma lecet dikit.” Kataku sambil menyeka sikutku yang berdarah.
                “Gila ganteng banget nih anak.” Gumamku dalam hati.
                “Tapi berdarah tuh,, sini aku bersihin.” Katanya sambil menarik tanganku.
“aaaaaaw... sakit !!” Rinthku
“eeeeh.. maaf.” Katanya sambil menghaluskan tarikannya.
“Wiiiiih,, gila !! udah cakep, Baik lagi.” Ucapku dalam hati.
“Nama kamu siapa ??” Tanyanya menyadarkanku dari lamunanku.
“mmm...eehhh.. aku Ayu.” Ucapku sambil tersenyum.
“Nama yang cantik, sama kaya orangnya. Oh iya aku Angga.” Katanya sambil tersenyum.
Tiba tiba Ruli datang dan melihatku sedang diobati oleh Angga. Dia kaget dan menyangka aku yang aneh aneh.
“Ayu ??!!!” Katanya, sontak aku kaget dan langsung melihat kebelakang.
“eeeehhh.... Ruli...” kataku Sambil sedikit ragu menyapanya.
“Ngapain kamu sama Laki laki itu ??!! Kamu Selingkuh ya ??!!” Katanya dengan nada tinggi.
“Ngga ko Li.. Ngga gitu..“ Kataku sambil mencoba berdiri.
“KITA PUTUS!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Ucapnya sambil pergi.
“Ta..Ta..Tapi.. TUNGGUUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!!!” Teriakku mengejar Ruli.
Aku berlari mengejar Ruli, meninggalkan Angga. Tapi apa daya dia telah pergi dan memutuskan hubunganku dengannya.

24 Februari, 2013

Air Mata Wanita


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. 'Ibu, mengapa Ibu menangis?' 
Ibunya menjawab, 'Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak'. 
'Aku tak mengerti' kata si anak lagi. 
Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. 'Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti ....' 

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. 'Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas? ' 
Sang ayah menjawab, 'Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan'. 
Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. 

Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis . 
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. 'Ya Tuhan, mengapa wanita mudah sekali menangis?' 
Dalam mimpinya, Tuhan menjawab ... 
'Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. 
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu. 
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. 
Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah. 
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada 
bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya. 

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya.Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak? Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi. 

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan '.

03 Februari, 2013

Jangan Menyerah


Jangan Menyerah
Disuatu desa terpencil, hidup anak anak miskin. Mereka semua tampak akrab sekali, walaupun demikian mereka memiliki pengalaman pahit. Saat terjadi Banjir besar banyak keluarga mereka yang menjadi korban. Mereka yang selamat memendam trauma yang sangat mendalam. Seperti yang dialami oleh Dira dan Nuri, kedua kakak beradik ini kehilangan orang tua mereka saat bencana itu terjadi.  Dira, adik Nuri dia anak yang polos yang harus rela kehilangan kedua orang tuanya dan kaki kanannya menjadi lumpuh ditambah traumanya akan kehilang orang tuanya susah hilang dar benaknya. Nuri, kakak Dira, anak yang tegar dan baik hati. Nuri dan Dira kini putus sekolah. Hari-harinya hanya dengan menanam sayur sayuran untuk mereka jual ke pasar, tapi kondisi Dira yang demikian, Dira kerja hanya melamun dan diam. Sesekali Nuri mengajak Dira bermain dengan teman-temannya yang lain, yang selamat saat Bencana itu. Tapi tetap saja Dira tidak dapat lagi ceria seperti dulu. Namun semua berubah saat anak gadis pak Kades dari Jakarta datang, ia bernama Sopi. Sifatnya yang penyayang meluluhkan hati Dira dan kawan-kawan agar tidak terlalu lama terlarut dalam trauma.
Nuri : Ra, Ayo ikut main.(mendekati Dira)
Dira: Ngga kak,(ucapnya lemah)
Nuri: Ayo Ra, disini banyak yang seperti dira ko, (sambil menunjuk kearah teman-temannya)
Dira: Ngga ka, Dira ingin Ibu. (katanya memelas)
Nuri: (memeluk Dira) Dira tau, ibu dan ayah sudah tenang disana, jauuuuuuh disana melihat kita.
Dira: kenapa ibu sama ayah ngga pulang pulang ka ?
Nuri: ibu sama ayah udah betah disana.
Reka: Ra, Ayo main.
Jaya: iya Ra ayo main.
Rian: iya ga rame kalo main sedikitan mah.
Dira: ya udah iya dira ikut main.
Reka: nah gitu dong.
Tapi saat mereka bermain , Dira terjatuh.
Nuri: Ra, gapapa ??
Dira: ga bisa, dira ga bisaaaa (lari dan menangis)
Nuri: Dira.. (menangis)
Nuri mencari Dira, dan menemukan Dira menangis di saung.
Nuri: Dira??(mengahampiri Dira)
Nuri: Dira kenapa menangis?
Dira: Dira, Dira, Dira, sedih ka. Untuk main aja Dira ga bisa, padahal dulu bisa. Dira Cuma bisa nyusahin kakak, Dira benci hidup kak.. Dira pingin Mati aja.. ngga ada gunanya Dira hidup, dira ingin ketemu ibu kak, Dira ingin ketemu ayah. Dira kangen, (menangis tersedu sedu)
Nuri : dira..(menangis sambil memeluk adiknya) kakak ngerti gimana perasaan Dira, kakak juga kangen sama ibu sama ayah. Tapi gimana lagi Ra, ibu sama ayah udah pergi, udah ninggalin kita. Kalo Dira pergi juga, kakak sama siapa ? kakak juga takut sendirin Ra, sekarang cuma Dira yang kakak punya, gimanapun keadaan Dira kakak tetep sayang sama Dira.. (menangis sambil menatap adiknya)
Dira: kakak jangan nangis, Dira jadi makin sedih liat kakak nangis.
Nuri: iya Ra, kakak ngga akan nangis.(mengusap air matanya) sekaran kita makan yu, nih kakak bawa singkong rebus. Maaf Cuma ada ini, kakak ngga punya uang buat beli makanan.(sambil berkaca-kaca menahas tangis)
Dira: gapapa ko kak, Dira suka ko singkong. (tersenyum sambil menangis)
Esoknya ada seorang wanita cantik, yang tak lain adalah Sopi  anak pak kades dari Jakarta. Gadis berumur 18 tahun ini,  prihatin melihat anak anak yang harus berkerja keras sendiri untuk menghidupi hidupnya. Ia tergerak hatinya untuk membantu anak anak itu dengan membekali mereka ilmu agar tidak terlalu terbelakang. Ia mendirikan sekolah kecil kecilan di saung tengah sawah. Awalnya hanya sedikit anak yang belajar disana, tapi lama kelamaan, semua anak yang tinggal didesa itu belajar disana. Tapi hanya Dira dan Nuri yang tidak ikut belajar disana. Suatu hari kak Sopi menemui Dira dikebun dia tampak diam sendiri melihat kakaknya yang bekerja.
kak Sopi: hai De, Siapa Namanya?(Duduk disamping Dira)
Dira: (melihat sebentar langsung menunduk lagi)
kak Sopi: heemmm ade malu ya sama kakak?
Lagi-lagi Dira diam. Bu Sopi menghampiri Nuri.
kak Sopi: Boleh kakak bantu?
Nuri: eh jangan kak, nanti tangannya kotor.
Kak Sopi: gapapa ko de, (tersenyum) nama ade siapa?
Nuri: nama saya Nuri kak(membalas senyumnya)
Kak Sopi: terus yang duduk disana siapa?(melirik Dira)
Nuri: oh itu adik saya, namanya Dira.(sambil mencabuti rumput)
Kak Sopi: oh namanya Dira, kenapa dia hanya diam ?
Nuri: awalnya dia anak yang ceria kak, tapi semua berubah saat kematian ayah dan ibu , mereka korban banjir yang meninggal dunia. Sejak saat itu Dira yang ceria berubah menjadi Dira yang pendiam. Kakinyapun jadi lum[uh, itu yang membuatnya tak bersemangat hidup.
Kak Sopi: kasian anak itu, pasti berat sekali bebannya. Oh iya besok kalian ikut belajar saja di sekolah kecil kakak, di saung tengah sawah sana.
Nuri: heemmm iya nanti sesudah menjual sayuran ini ya kak.
Kak Sopi: oke kakak tunggu.(lalu pergi)
Esoknya sesudah menjual sayur, Nuri mengajak Dira ke sekolah kecil kak Sopi, akhirnya setiap hari Dira dan Nuri belajar disana dibimbing oleh kak Sopi yang baik hati. Dira mulai merasa senang dengan yang ia kerjakan, sekarang ia mulai bersemangat lagi, Nuri dan Dira anak yang pintar, kini saat Dira sedih ia sering mencurahkannya menjadi sebuah puisi.
 Salam Rinduku
Dalam gelap ku termenung
Awanpun mulai menggulung
Angin mulai turun dari gunung
Hati gundah dalam relung
Oh Ayah  Oh Ibu
Disini ku sangat merindu
Rasa hati ingin bertemu
Walau hanya sedikit waktu
Kenapa Ayah pergi?
Kenapa ibu pergi?
Kenapa Tuhan tak adil?
Kenapa bencana itu ada ?
 Kini Tiap Detik ku menangis
Tiap nafas ku rindu
Tiap waktu batin ku teriris
Dan tiap do’aku kukirim Salam Rinduku
Nuri membaca puisi adiknya itu, lalu ia menangis.

Created by: Ayu Putri Aryati

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More