10 Burung Terindah di Dunia

Inilah 10 burung terindah di Dunia, salah satunya ada burung merak lohh.

Cerpen Pelajaran dari Penjual Koran

Ini adalah salah satu cerpen buatan saya, di cerpen ini terdapat pesan moralnya juga.

Cerpen Jangan Menyerah

Ini adalah salah satu Cerpen buatan saya, awalnya ini adalah naskah untuk film untuk tugas saya, tapi diganti. Cerpen ini sudah saya edit jadi lebih singkat.

Tips Mempercantik Diri

Tips ini hanya tips sederhana dan mengandung unsur keagamaan..

200 Jenis Kupu Kupu Terindah ada di Indonesia

Sudah sangat terkenal Indonesia adalah negara yang indah. disini juga terdapat berbagai macam hewan dan tumbuhan salah satu nya Kupu kupu..

28 Juni, 2013

Pelajaran dari Penjual Koran


“Buuuu Koran Buuu” ucap lirih Putri sambil menyodorkan koran ke setiap pengguna jalan raya yang padat.
“Pak Koran Pak?? Masih baru koo pak “ ucapnya lagi tanpa henti.
Lampu sudah berubah menjadi hijau lagi, sampai jam segini pun Anak kecil berusia 6 tahun ini belum berhasil menjual Korannya.
“Panas,” ucapnya sambil melihat ke atas, dia merasakan betapa teriknya matahari siang itu.
“Aduuuuh aku lapar, tapi gimana aku masih ngga punya uang. Kalo minta ke ibu, kasian ibu.” Ucapnya lagi sambil memegang perutnya.
Lampu pun berubah menjadi merah lagi, bergegas Putri menawarkan koran korannya itu.
“Alhamdulillah korannya kejual 1, gapapa lah yang penting kejual.” Gumamnya dalam hati.
Tak jauh dari tempat dia berdiri, ia melihat sebuah mobil mewah parkir dan membuang sebuah bungkusan. Dengan cepat dia berlari kearah mobil itu.
Ia memungut bungkusan itu lalu menghampiri mobil mewah itu.
“mmm pak maaf, ini sudah bapak buang??” tanyanya pada seorang bapak dibalik kemudi.
“iya de, kenapa??” Tanyanya heran.
“Boleh saya memakannya pak?? Saya lapar sekali pak, dari pagi saya belum makan “ ucapnya kegirangan .
“Tapi itu kan kotor” ujar bapak itu.
“gapapa ko pak, ini udah lebih dari cukup.” Ucapnya sambil tersenyum manis
”terus kenapa kamu harus bertanya dulu pada saya?” tanya bapak itu.
“Inikan punya bapak, jadi saya harus bilang dulu sama bapak, kata ibu kalo kita menemukan sesuatu yang bukan milik kita, kita ngga boleh mengambilnya.” Ucapnya mantap smabil menyantap roti dibungkusan tadi.
“Hemmm kamu anak yang baik. Eh ini bapak kasih kamu uang buat beli makan, katanya kamu belum makan kan?” ucap bapak itu sambil menyodorkan sejumlah uang.
“ngga pak makasih, ini bukan hak saya.” Ucap nya sambil tersenyum.
“Eh ini beneran lo de, lumayan buat kamu makan nanti.” Ucap bapak itu lagi.
“Lebih baik uang itu bapak berikan pada yang lebih membutuhkan, pak. Kalo saya kan masih bisa jual koran koran ini, jadi saya masih bisa dapet uang. “ jawabnya.
“memang sudah laku berapa de?” tanya bapak itu
“Baru satu pak .” jawabnya lagi
“Bapak beli satu ya” kata bapak itu sambil memberi uang nya.
“pak saya tidak punya kembaliannya ini terlalu banyak. Bapak punya uang kecil?”
“gapapa de kembaliannya buat kamu aja.”
“ini bukan hak saya pak, bentar ya pak saya tuker dulu uangnya, bapak tunggu jangan pergi dulu” ucapnya lagi sambil berlari ke kios dekat situ.
“ini pak kembaliannya, makasih pak rotinya.” Ucap Putri sambil memberikan uang kembaliannya lalu pergi meninggalkan bapak itu.
“eh deeee, kenapa dikembalikan uangnya??” teriak bapak itu pada Putri,
“itu uang ganti Roti bapak.” Balasan Putri, sambil terus berlari menuju Lampu merah yang nyala.

AYAH ENGKAU BENAR BENAR LUAR BIASA



Orang tua kandungku tinggal ayahku seorang. Ibu kandungku meninggal saat aku masih berumur 2 tahun. Sejak itu ayah berusaha keras menjadi dua orang sekaligus untuk aku dan kakakku.
Ia tahu aku dan kakakku belum bisa hidup mandiri. Sekarang aku sudah lulus SMA, kakakku pun sudah Sarjana. Selama ini Ia melakoni banyak pekerjaan untuk membuat keadaan kami tidak jauh berbeda dari sebelum kami kehilangan ibu.


Aku berpikiran untuk bekerja setelah lulus SMA untuk membantu ayah, aku sebenernya ingin kuliah seperti kakak, tapi aku hanya perempuan untuk apa sekolah tinggi tinggi toh nanti aku akan diam didapur. Ini terjadi di hari pertamaku bekerja. Awalnya aku masih berpikir bahwa bekerja adalah tahapan hidup yang harus dilalui, sesederhana itu. Aku akan bekerja, mendapatkan gaji dan memberikan sebagian gajiku untuk orang tua yang selama ini membiayaiku.

Ternyata aku hanya menggunakan otak dan sibuk dengan kecemasan akan hari pertamaku sendiri. Aku ingat suatu saat aku dan sahabatku ngobrol.

"Gimana reaksi ayahmu setelah tau kamu kerja...???" (tanyanya.)

"Hmm, biasa aja sih. Cuma kasih selamat...!!!" (jawabku.)

"Oh itu sih sebenernya di balik pintu ayahmu terharu...!!!" (sahutnya.)

"Hahaha... iya mungkin. Tapi ayahku nggak pernah yang heboh heboh gitu kok...!!!" (balasku.)

Ternyata bekerja itu bukan hanya sebuah tahapan hidup di mana kita hanya melakukan sesuatu kemudian mendapatkan uang. Setengah hariku hampir habis di kantor untuk mempelajari ini dan itu. Dalam setengah hari itu pun aku berubah menjadi sosok yang lain dari kemarin.

Aku melepas segenap zona nyamanku, berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru, mengerjakan ini dan itu. Gila, aku capek sekali. Kemarin aku masih bisa tidur siang dan mengobrol bersama teman teman. Masih bisa menghabiskan waktu untuk bermain main ataupun sekolah.

Aku pun teringat ayahku yang sudah tua. Ini baru sehari dan aku sudah merasakan sebegitu luar biasanya bekerja. Sedangkan ayahku...??? Ia sudah menempuh puluhan tahun untuk bekerja. Ia menghadapi semua untuk menghidupi kami semua. Saat melakukan sholat Ashar, aku hampir menitikkan air mata memikirkan ini. Apa saja yang sudah kulakukan untuk ayahku...??? Apa saja yang sudah ayahku lakukan ketika aku dengan malasnya enak enakanan tidur siang dan nongkrong membuang banyak uang...???

Aku pulang malam hari itu. Sahabatku mengantarkanku pulang. Di tengah perjalanan kami kembali ngobrol.

"Gimana hari pertama...???" (tanya sahabatku.)

"Hahahaha... Babak belur aku dihajar tugas dan waktu...!!!" (jawabku)

"Oh nggak apa apa, nanti juga kamu terbiasa. Ayahmu pasti terharu waktu kamu ngasih gaji pertama...!!!" (suport sahabat aku dengan nada optimis.)

Sejenak aku setuju akan pemikirannya. Namun tak lama kemudian aku membatin, "Nggak. Gaji pertamaku nggak ada apa apanya kok. Itu nggak akan cukup membayar apa yang sudah dilakukan ayahku. Bahkan, aku bekerja ini masih satu per sejuta langkah hidup ayahku...!!!"

*****
Ayah... Walaupun mungkin ia tidak terharu di balik pintu, namun di balik matanya sudah menggerombol keharuan yang nyaris tak terbendung.

Walaupun aku sudah besar, ia akan tetap khawatir ketika putrinya akan berangkat kerja di hari pertama.

Walaupun aku akan menyodorkan gaji pertamaku, itu tidak akan sebanding dengan apa yang telah ia berikan, bahkan aku masih diberi kesempatan Allah SWT untuk menerima lebih banyak lagi.

Ayah, aku baru benar benar menyadari bahwa kau benar benar luar biasa..


Ternyata aku hanya menggunakan otak dan sibuk dengan kecemasan akan hari pertamaku sendiri. Aku ingat suatu saat aku dan sahabatku ngobrol.
"Gimana reaksi ayahmu setelah tau kamu kerja...???" (tanyanya.)
"Hmm, biasa aja sih. Cuma kasih selamat...!!!" (jawabku.)
"Oh itu sih sebenernya di balik pintu ayahmu terharu...!!!" (sahutnya.)
"Hahaha... iya mungkin. Tapi ayahku nggak pernah yang heboh heboh gitu kok...!!!" (balasku.)
Ternyata bekerja itu bukan hanya sebuah tahapan hidup di mana kita hanya melakukan sesuatu kemudian mendapatkan uang. Setengah hariku hampir habis di kantor untuk mempelajari ini dan itu. Dalam setengah hari itu pun aku berubah menjadi sosok yang lain dari kemarin.


Aku melepas segenap zona nyamanku, berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru, mengerjakan ini dan itu. Gila, aku capek sekali. Kemarin aku masih bisa tidur siang dan mengobrol bersama teman teman. Masih bisa menghabiskan waktu untuk bermain main ataupun sekolah.


Aku pun teringat ayahku yang sudah tua. Ini baru sehari dan aku sudah merasakan sebegitu luar biasanya bekerja. Sedangkan ayahku...??? Ia sudah menempuh puluhan tahun untuk bekerja. Ia menghadapi semua untuk menghidupi kami semua. Saat melakukan sholat Ashar, aku hampir menitikkan air mata memikirkan ini. Apa saja yang sudah kulakukan untuk ayahku...??? Apa saja yang sudah ayahku lakukan ketika aku dengan malasnya enak enakanan tidur siang dan nongkrong membuang banyak uang...???
Aku pulang malam hari itu. Sahabatku mengantarkanku pulang. Di tengah perjalanan kami kembali ngobrol.


"Gimana hari pertama...???" (tanya sahabatku.)
"Hahahaha... Babak belur aku dihajar tugas dan waktu...!!!" (jawabku)
"Oh nggak apa apa, nanti juga kamu terbiasa. Ayahmu pasti terharu waktu kamu ngasih gaji pertama...!!!" (suport sahabat aku dengan nada optimis.)


Sejenak aku setuju akan pemikirannya. Namun tak lama kemudian aku membatin, "Nggak. Gaji pertamaku nggak ada apa apanya kok. Itu nggak akan cukup membayar apa yang sudah dilakukan ayahku. Bahkan, aku bekerja ini masih satu per sejuta langkah hidup ayahku...!!!"
*****Ayah... Walaupun mungkin ia tidak terharu di balik pintu, namun di balik matanya sudah menggerombol keharuan yang nyaris tak terbendung.
Walaupun aku sudah besar, ia akan tetap khawatir ketika putrinya akan berangkat kerja di hari pertama.
Walaupun aku akan menyodorkan gaji pertamaku, itu tidak akan sebanding dengan apa yang telah ia berikan, bahkan aku masih diberi kesempatan Allah SWT untuk menerima lebih banyak lagi.
Ayah, aku baru benar benar menyadari bahwa kau benar benar luar biasa..


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More