10 Burung Terindah di Dunia

Inilah 10 burung terindah di Dunia, salah satunya ada burung merak lohh.

Cerpen Pelajaran dari Penjual Koran

Ini adalah salah satu cerpen buatan saya, di cerpen ini terdapat pesan moralnya juga.

Cerpen Jangan Menyerah

Ini adalah salah satu Cerpen buatan saya, awalnya ini adalah naskah untuk film untuk tugas saya, tapi diganti. Cerpen ini sudah saya edit jadi lebih singkat.

Tips Mempercantik Diri

Tips ini hanya tips sederhana dan mengandung unsur keagamaan..

200 Jenis Kupu Kupu Terindah ada di Indonesia

Sudah sangat terkenal Indonesia adalah negara yang indah. disini juga terdapat berbagai macam hewan dan tumbuhan salah satu nya Kupu kupu..

08 Mei, 2013

Jangan Menyerah



Jangan Menyerah

Disuatu desa terpencil, hidup anak anak miskin. Mereka semua tampak akrab sekali, walaupun demikian mereka memiliki pengalaman pahit. Saat terjadi Banjir besar banyak keluarga mereka yang menjadi korban. Mereka yang selamat memendam trauma yang sangat mendalam. Seperti yang dialami oleh Dira dan Nuri, kedua kakak beradik ini kehilangan orang tua mereka saat bencana itu terjadi.  Dira, adik Nuri dia anak yang polos yang harus rela kehilangan kedua orang tuanya dan kaki kanannya menjadi lumpuh ditambah traumanya akan kehilang orang tuanya susah hilang dar benaknya. Nuri, kakak Dira, anak yang tegar dan baik hati. Nuri dan Dira kini putus sekolah. Hari-harinya hanya dengan menanam sayur sayuran untuk mereka jual ke pasar, tapi kondisi Dira yang demikian, Dira kerja hanya melamun dan diam. Sesekali Nuri mengajak Dira bermain dengan teman-temannya yang lain, yang selamat saat Bencana itu. Tapi tetap saja Dira tidak dapat lagi ceria seperti dulu. Namun semua berubah saat anak gadis pak Kades dari Jakarta datang, ia bernama Sopi. Sifatnya yang penyayang meluluhkan hati Dira dan kawan-kawan agar tidak terlalu lama terlarut dalam trauma.
Nuri : Ra, Ayo ikut main.(mendekati Dira)
Dira: Ngga kak,(ucapnya lemah)
Nuri: Ayo Ra, disini banyak yang seperti dira ko, (sambil menunjuk kearah teman-temannya)
Dira: Ngga ka, Dira ingin Ibu. (katanya memelas)
Nuri: (memeluk Dira) Dira tau, ibu dan ayah sudah tenang disana, jauuuuuuh disana melihat kita.
Dira: kenapa ibu sama ayah ngga pulang pulang ka ?
Nuri: ibu sama ayah udah betah disana.
Reka: Ra, Ayo main.
Jaya: iya Ra ayo main.
Rian: iya ga rame kalo main sedikitan mah.
Dira: ya udah iya dira ikut main.
Reka: nah gitu dong.
Tapi saat mereka bermain , Dira terjatuh.
Nuri: Ra, gapapa ?? (menghampiri Dira)
Dira: ga bisa, dira ga bisaaaa (lari dan menangis)
Nuri: Dira.. (menangis)
Nuri mencari Dira, dan menemukan Dira menangis di saung.
Nuri: Dira??(mengahampiri Dira)
Nuri: Dira kenapa menangis?
Dira: Dira, Dira, Dira, sedih ka. Untuk main aja Dira ga bisa, padahal dulu bisa. Dira Cuma bisa nyusahin kakak, Dira benci hidup kak.. Dira pingin Mati aja.. ngga ada gunanya Dira hidup, dira ingin ketemu ibu kak, Dira ingin ketemu ayah. Dira kangen, (menangis tersedu sedu)
Nuri : dira..(menangis sambil memeluk adiknya) kakak ngerti gimana perasaan Dira, kakak juga kangen sama ibu sama ayah. Tapi gimana lagi Ra, ibu sama ayah udah pergi, udah ninggalin kita. Kalo Dira pergi juga, kakak sama siapa ? kakak juga takut sendirin Ra, sekarang cuma Dira yang kakak punya, gimanapun keadaan Dira kakak tetep sayang sama Dira.. (menangis sambil menatap adiknya)
Dira: kakak jangan nangis, Dira jadi makin sedih liat kakak nangis.
Nuri: iya Ra, kakak ngga akan nangis.(mengusap air matanya) sekaran kita makan yu, nih kakak bawa singkong rebus. Maaf Cuma ada ini, kakak ngga punya uang buat beli makanan.(sambil berkaca-kaca menahas tangis)
Dira: gapapa ko kak, Dira suka ko singkong. (tersenyum sambil menangis)
Esoknya ada seorang wanita cantik, yang tak lain adalah Sopi  anak pak kades dari Jakarta. Gadis berumur 18 tahun ini,  prihatin melihat anak anak yang harus berkerja keras sendiri untuk menghidupi hidupnya. Ia tergerak hatinya untuk membantu anak anak itu dengan membekali mereka ilmu agar tidak terlalu terbelakang. Ia mendirikan sekolah kecil kecilan di saung tengah sawah. Awalnya hanya sedikit anak yang belajar disana, tapi lama kelamaan, semua anak yang tinggal didesa itu belajar disana. Tapi hanya Dira dan Nuri yang tidak ikut belajar disana. Suatu hari kak Sopi menemui Dira dikebun dia tampak diam sendiri melihat kakaknya yang bekerja.
kak Sopi: hai De, Siapa Namanya?(Duduk disamping Dira)
Dira: (melihat sebentar langsung menunduk lagi)
kak Sopi: heemmm ade malu ya sama kakak?
Lagi-lagi Dira diam. Bu Sopi menghampiri Nuri.
kak Sopi: Boleh kakak bantu?
Nuri: eh jangan kak, nanti tangannya kotor.
Kak Sopi: gapapa ko de, (tersenyum) nama ade siapa?
Nuri: nama saya Nuri kak(membalas senyumnya)
Kak Sopi: terus yang duduk disana siapa?(melirik Dira)
Nuri: oh itu adik saya, namanya Dira.(sambil mencabuti rumput)
Kak Sopi: oh namanya Dira, kenapa dia hanya diam ?
Nuri: awalnya dia anak yang ceria kak, tapi semua berubah saat kematian ayah dan ibu , mereka korban banjir yang meninggal dunia. Sejak saat itu Dira yang ceria berubah menjadi Dira yang pendiam. Kakinyapun jadi lum[uh, itu yang membuatnya tak bersemangat hidup.
Kak Sopi: kasian anak itu, pasti berat sekali bebannya. Oh iya besok kalian ikut belajar saja di sekolah kecil kakak, di saung tengah sawah sana.
Nuri: heemmm iya nanti sesudah menjual sayuran ini ya kak.
Kak Sopi: oke kakak tunggu.(lalu pergi)
Esoknya sesudah menjual sayur, Nuri mengajak Dira ke sekolah kecil kak Sopi, akhirnya setiap hari Dira dan Nuri belajar disana dibimbing oleh kak Sopi yang baik hati. Dira mulai merasa senang dengan yang ia kerjakan, sekarang ia mulai bersemangat lagi, Nuri dan Dira anak yang pintar, kini saat Dira sedih ia sering mencurahkannya menjadi sebuah puisi.
 Salam Rinduku
Dalam gelap ku termenung
Awanpun mulai menggulung
Angin mulai turun dari gunung
Hati gundah dalam relung
Oh Ayah  Oh Ibu
Disini ku sangat merindu
Rasa hati ingin bertemu
Walau hanya sedikit waktu
Kenapa Ayah pergi?
Kenapa ibu pergi?
Kenapa Tuhan tak adil?
Kenapa bencana itu ada ?
 Kini Tiap Detik ku menangis
Tiap nafas ku rindu
Tiap waktu batin ku teriris
Dan tiap do’aku kukirim Salam Rinduku
Nuri membaca puisi adiknya itu, lalu ia menangis.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More